Nama Pahlawan Revolusi Yang Gugur Dalam Pertempuran G30S PKI

Pahlawan Revolusi merupakan gelar kehormatan yang diberikan kepada sejumlah perwira Tentara Nasional Indonesia ( TNI) yang telah gugur dalam peristiwa G30S PKI atau disebut dengan Gerakan 30 September 1965.

Seperti yang diketahui, peristiwa bersejarah pada 30 September 1965 akan selalu terngiang di benak warga negara Indonesia. Pemberontakan yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) terjadi melalui penculikan dan pembunuhan pada sejumlah anggota militer.

Dalam peristiwa ini, 6 orang jenderal dan 1 perwira militer menjadi korban penculikan dan pembunuhan. Mereka diculik, disiksa dan jasadnya dibuang ke dalam Sumur Lubang Buaya. Kini, 58 tahun setelah peristiwa tersebut, kejadian ini masih menjadi memori kelam bagi bangsa Indonesia. Peristiwa ini juga membawa dampak yang sangat besar dalam perjalanan bangsa ini.

Daftar Nama Pahlawan Revolusi G30S PKI Yang Telah Gugur :

Kapten Pierre Tendean

Kapten Pierre Tendean

Kapten Pierre Tendean lahi pada 21 Februari 1939 di Jakarta. Selesai mengikuti pendidikan di Akedemi Militer Jurusan Teknik pada tahun 1962, ia menjabat sebagai Komandan Peleton Batalyon Zeni Tempur 2 Komando Daerah Militer 2 / Bukit Barisan di medan. Ia bertugas menyusuo ke daerah Malaysia ketika sedang berkonfrontasi dengan negara Malaysia.

Pada bulan April 1965, perwira muda ini diangkat menjadi ajudan Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan/Kepala Staf Angakatan Bersenjata Jenderal Nasution. Ketika bertugas, Pirre Tendean tertangkap oleh kelompok G30S. Ia mengaku sebagai A.H Nasution yang dimana sang jenderal behasil melarikan diri, Jendral Pierre harus mengorbankan nyawa untuk melindungin Jenderal Nasution.

Letjen Suprapto

Letjen Suprapto

Letjen Suprapto lahir di Purwokerto pada tanggal 20 Juni 1920. Letjen Suprapto  sempat mengikuti pendidikan di Akademi Militer Kerjaan Bandung, namun harus terhenti karena pendaratan Jepang di Indonesia.

Pada awal kemerdekaan Indonesia, Letjen Suprapto aktif dalam usaha merebut senjata pasukan Jepang di Cilacap. Kemudian memasuki Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Purwokerto dan ikut dalam pertempuran di Ambarawa sebagai ajudan Panglima Besar Sudirman.

Namun, ketika PKI mengajukan pembentukan angkatan perang kelima, Letjen Suprapto  menolaknya. Ia pun menjadi korban pemberontakan G30S bersama para petinggi TNI AD lainnya. Jasad Letjen Suprapto ditemukan di Lubang Buaya dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta.

Letjen S. Parman

Letjen S. Parman

Siswondo Parman atau yang dikenal sebagai S. Parman adalah salah satu petinggi TNI AD di masa Orde Lama. Letjen S. Parman lahir di Wonosobo, Jawa Tengah, pada 4 Agustus 1918. Pendidikannya lebih berkutat di bidang intelijen dan dia pernah dikirim ke Jepang untuk memperdalam ilmu intelijen pada Kenpei Kasya Butai.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan, ia mengabdi kepada Indonesia untuk memperkuat militer Tanah Air. Pengalamannya di bidang intelijen sangat berguna bagi TNI pada saat itu, dia mengetahui rencana rencana PKI yang ingin membentuk angkatan kelima. Namun, pada 1 Oktober 1965 dia pun diculik dan dibunuh bersama para jenderal lainnya. Letjen S. Parman pun harus gugur dan diberi gelar Pahlawan Revolusi.

Letjen M.T. Haryono

Letjen M.T. Haryono

Letjen M.T. Haryono lahir pada 20 Januari 1924 di Surabaya, Jawa Timur. Sebelum dia terjun ke dunia militer, Letjen M.T. Haryono pernah mengikuti Ika Dai Gaku (sekolah kedokteran) di Jakarta pada masa pendudukan Jepang. Setelah kemerdekaan Indonesia Letjen M.T. Haryono bergabung bersama TKR dengan pangkat mayor. Kepiawaiannya dalam berbahasa Belanda, Inggris, dan Jerman berguna bagi Indonesia ketika melakikan berbagai perundingan internasional.

Kemudian berkutat di Kementerian Pertahanan Letjen M.T. Haryono juga sempat menjabat sebagai Sekretaris Delegasi Militer Indonesia. Dan kemudian menjadi Atase Militer RI untuk Negeri Belanda (1950) dan sebagai Direktur Intendans dan Deputy III Menteri/Panglima Angkatan Darat (1964). Namun di tahun 1965 Letjen M.T. Haryono gugur bersamaan dengan para petinggi TNI AD lainnya akibat pemberontakan G30S.

Mayjen D.I Panjaitan

Mayjen D.I Panjaitan

Mayjen D.I Panjaitan lahir pada 9 Juni 1925 di Balige, Tapanuli. Pada masa pendudukan Jepang ia memasuki pendidikan militer Gyugun, dan kemudian ia ditempatkan di Pekanbaru, Riau sampai saat proklamasi kemerdekaan. Setelah Indonesia merdeka Mayjen D.I Panjaitan membentuk TKR dan ia pun memeliki karier yang cemerlang dibidang militer.

Mayjen D.I Panjaitan diangkat sebagai Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat dan mendapatkan tugas belajar ke Amerika Serikat. Mayjen D.I Panjaitan pun tewas ketika terjadi pemberontakan PKI 1965 bersama dengan para jenderal lainnya.

Setelah mengenang kembali sejarah G30S PKI dan mengetahui nama nama pahlawan revolusi yang gugur demi Indonesia, mari kita